Minggu, 07 Januari 2018

KONSEP TOLERANSI DALAM ISLAM
Oleh: Wahyu Putranto
  
  • Definisi toleransi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi yang berasal dari kata “toleran” berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) terhadap pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.[1] Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Dalam bahasa Arab, toleransi berasal dari bahasa Arab “tasamuh” yang artinya ampun, maaf dan lapang dada.[2] Jadi, toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.
Jika kita merujuk kepada kamus bahasa arab, Kata “tasamuh” berarti sikap
ramah atau murah hati.[3] Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari, mengartikan kata “al-samhah” dengan kata “al-sahlah” (mudah) dalam memaknai sebuah riwayat yang berbunyi, “Ahabbu al-dien ilallahi al-hanafiyyah al-samhah”.[4] Secara garis besar kata “tasamuh” berarti sikap ramah dengan cara memudahkan, memberi kemurahan dan keluasaan. Akan tetapi, makna tersebut bukan berarti dipahami secara gamblang sehingga menerima kebenaran yang berseberangan dengan keyakinan Islam, namun tetap menggunakan tolak ukur Al-Qur‟an dan Sunnah.[5] Sehingga dari penjelasan diatas, jika kamus-kamus inggris memaknai kata “Tolerance” dengan “To endure without protest” (menahan perasaan tanpa protes), atau menahan perasaan sepihak terhadap orang-orang yang berbeda dengan mereka. Maka dalam bahasa Arab kata “tasamuh” mengandung makna sikap pemurah dan penderma dari kedua belah pihak atas dasar saling interaksi.[6]
Dalam konteks toleransi atau tasamuh, Islam memiliki konsep yang jelas. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain.

  • Konsep toleransi dalam Islam
Secara etimologi, kata tasamuh dianggap sebagian kalangan senada dengan toleransi, namun pada pemaknaan secara terminologi kata toleransi tidak mampu mencakup makna dari kata tasamuh secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan pemakaian istilah toleransi merupakan istilah modern baik nama maupun kandungannya yang lahir dibarat dibawah kondisi social, politik dan budaya yang khas.[7]
Toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”. Dan dalam al-Qur’an juga dijelaskan bagaimana batasan-batasan ummat muslim bertoleransi. Contohnya, alam Islam tidak mengajarkan ummatnya memaksa manusia untuk mengikuti agama islam, dan ajaran itu terkandung dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 256, dan surat Yunus ayat 99, islam juga menunjukkan bagaimana cara beradab dalam berdakwah yang di jelaskan dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125. Bahkan dalam surat al-Mumtahanah ayat 8, kaum muslimin diharuskan berbuat baik dan adil kepada seluruh manusia walau kafir sekalipun dengan syarat ia tidak memerangi Islam.[8]
Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)
Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah.  Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan  dalam Syu’ab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi, dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti akan membongkar aibnya di hari pembalasan”.
  • Kesimpulan
1.  Toleransi yang berasal dari kata “toleran” atau“tasamuh adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Dalam konteks toleransi atau tasamuh, Islam memiliki konsep yang jelas. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain.
2.      Toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Syari’ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan.
 



[1] W. J. S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), Hal.184.
[2] Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia al-Munawir (Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif, t.th.), Hal. 1098.
[3] Mohammad Badawi, Al Muhit Oxford Study Dictionary English-Arabic, (Lebanon: Bairut: Academia, 1996), Hal. 1120.
[4] Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Juz 13, (Bairut: Darul Ma‟rifah, 1379H), Hal. 20.
[5] Muslim Ibrahim, Islam dan Wasatiyyah: Wastiyah Sebagai Paksi Perpaduan Serumpun, (Malaysia: USIM dan IQ, 2012), Hal. 70-71.
[6] Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, (Jakarta: Perspektif, 2005), Hal. 212.
[7] Ibid, Hal. 212.
[8] Dr. Yusuf al-Qardhawi, Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama‟ al-Islamiy, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1413 H/1992 M), Hal. 4.
 
 

KONSEP TOLERANSI DALAM ISLAM Oleh: Wahyu Putranto     Definisi toleransi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi ...